Sabtu, 23 Oktober 2010

Catatan Perjalanan ke Enam Negara Bagian Amerika Serikat (10)

Program saya bukanlah perjalanan jurnalistik, sehingga Charlie Kellet, Program Officer, East Asia Branch U.S Departmen nof State sejak awal sudah melarang saya untuk menulis agar saya punya waktu yang cukup untuk istirahat. Program saya adalah visitor leadeship, yang hanya mengikutkan maksimal tiga orang dalam satu negara setiap tahun. Program itu sudah dirancang AS sejak tahun 1940 lalu. Kini ribuan alumninya tersebar di banyak negara. Sayapun didaftar sebagai salah satu alumni international visitor leadership yang diharapkan tetap membangun jaringan komunikasi, baik dengan sesama alumni, maupun dengan pemerintah dan kolega di AS. Untuk memudahkan jaringan komunikasi, sudah tersedia situsnya, sehingga bisa chating, saling mengirim e-mail dan lai-lain. Selain dikontrol sangat ketat, untuk menjaga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, saya memperoleh asuransai dengan klaim maksimum 100 ribu dollar AS atau sekitar Rp930 juta. ‘’Anda tidak perlu khawatir, kami sudah protek Anda dengan asuransi,’’ kata Ms Jeana Lim saat memulai program di Washington DC. Kartu asuransi yang dikeluarkan oleh Seven Corners dan U.S Department of State masih saya simpan sampai sekarang. Syukurlah tidak terjadi apa-apa hingga saya kembali ke Indonesia. Pada 18 Agustus 2007, pagi-pagi saya sudah siap kembali ke Indonesia. Saya menumpangi Northwest Airlines. Pada saat terbang dari San Fransisco-Narita, kami sempat mendarat darurat di Alaska. Dua jam pesawat diperbaiki, sebelum akhirnya terbang lagi. Awalnya saya juga heran dengan kejadian tersebut. Karena saya menonton movie di monitor depan saya, jadi tidak mengikuti maps perjalanan pesawat. Baru sekitar empat jam terbang, tiba-tiba ketinggian jelajah dikurangi. Penumpang diberitahu kalau pesawat akan mendarat darurat di bandara Anchorage, Alaska. Saya sempat cemas, tetapi karena awak memberikan keyakinan hanya ada gangguan kecil dan harus dibenahi di darat, maka kami harus rela mampir di Alaska sekitar dua jam sebelum akhirnya terbang lagi ke Narita. Enam jam jelajah, pesawat mendarat mulus di Narita Jepang. Saya sempat istirahat sekitar satu jam sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan ke bandara Suvarnabhumi, Bangkok. Penerbangan Narita-Bangkok butuh waktu enam jam sebelum mendarat sekitar pukul 01.00 dini hari waktu Bangkok. Karena saya harus terbang lagi ke Jakarta pada pukul 08.00 pagi dan harus check in sekitar pukul 05.30, saya memutuskan untuk tidak menginap di hotel transit di bandara. Saya memilih begadang di bandara, karena khawatir kelolosan tidur karena memang sudah capek. Kendati ada fasilitas wake up warning di hotel, saya memutuskan untuk tidak tidur. Lagipula, saya sudah sangat rindu tanah air, rindu keluarga, rindu teman-teman dan juga rindu makanan Indonesia. Pagi-pagi saya sudah chek in dan saya terbang ke Jakarta dengan Thailand Airways. Kami terbang tiga jam sebelum akhirnya mendarat mulus di bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng pada pukul 11.00 Wib. Saya sempat bertemu mantan Menteri Hukum dan HAM RI di bandara Suvarnabhumi, Thailand. Saya sempat menyapan dan sempat ngobrol sebelum berpisah karena dia duduk di kursi bisnis. Saya mengucap syukur karena sudah kembali ke tanah air. Saya kemudian memilih istirahat total di hotel Arwana di jalan Mangga Besar, karena harus berangkat ke Bima melalui Denpasar pukul 06.00 WIB. Setelah terbang satu jam 45 menit, pesawat Merpati yang saya tumpangi mendarat di Bandara Ngurah Rai. Saya istirahat tiga jam sebelum akhirnya terbang lagi ke Bima yang hanya butuh waktu 45 menit dengan tinggi jelajah 25 ribu kaki sebelum akhirnya mendarat di Bandara Muhammad Salahuddin, Palibelo. Anak-anak dan istri saya sudah menunggu. Mereka terlihat sangat bahagia, setelah sebulan saya tinggalkan. Dulu mereka melepas dengan linangan air mata, terharu dan sedih. Karena ini kali pertama saya meninggalkan mereka begitu jauh, begitu lama. Istri saya bilang, ‘’kok kurus sekali?’’ Saya hanya tersenyum. Saya sangat terkesan dengan AS yang teratur dan bersih dengan penduduk yang disiplin. Saya juga sangat terkesan dengan masyarakatnya yang ramah. Pak Irawan Nugroho juga sangat profesional selama mendampingi saya. Dia sangat sabar dan teliti. Demikian pula dengan mitra yang saya jumpai. Mereka selalu antusias menerima saya, kendati harus membatalkan agenda lain. Terimakasih atas kesempatan ini dan saya berharap masih bisa berkunjung ke AS lagi di masa mendatang. Saya masih ingin belajar banyak hal, termasuk tentang jurnalistik, pengelolaan media, pemerintahan dan budaya AS. Saya selama di AS belum sempat menikmati indahnya negeri ini karena padanya acara resmi. Saran saya, perlu ada hari-hari yang disediakan untuk bisa melihat tempat-tempat indah di masing-masing negara bagian. Mungkin ada baiknya juga jika bisa diterima oleh pemerintah negara bagian, sebagai tambahan referensi. Saya sangat menghargai setiap orang atau lembaga yang berhubungan dengan program saya, karena mereka sangat profesioanl. Saya ingin juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh mitra yang sudah bertemu dan menerima saya dengan sangat baik. Demikian pula dengan Manajer Program Ms Jeana Lim dari MCID dan Mr Charlie Kellet, program officer, East Asia Branch Department of State yang sudah bekerja keras mengatur acara saya. Saya memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada masyarakat dan Pemerintahan AS dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai. Negara ini di mata saya luar biasa. Saya tentu saja telah memiliki persepsi bagaimana AS dengan segala aspeknya. Kendati yang saya peroleh selama berkunjung di AS belum memberikan gambaran utuh tentang negara ini, tetapi saya sudah sedikit memiliki pemahaman. Jujur, saya memiliki ikatan emosi dengan negara ini setiap kali menyaksikan acara-acara televisi tentang AS. 

Saya ingin belajar banyak bagaimana AS bisa mencapai kemajuan yang luar biasa dalam mengelola negeri yang sangat heterogen dan luas ini. Tentu saja, atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya, saya dan keluarga sangat berterima kasih. Bahkan saya berharap salah satu dari anak saya bisa belajar di AS. Sekolah dan belajar banyak dari negara ini sangat penting bagi masa depan dunia. Keinginan kuat saya untuk menyekolahkan anak di AS saya harapkan bisa diwujudkan,entah dengan cara bagaimana. Kemudian yang bekaitan dengan pengelolaan televisi, banyak mitra yang saya mintai program dan acara ilmu pengetahuan dan teknologi, sangat setuju asal Dubes AS di Jakarta bisa mengirimkan surat kepada mereka. Kecuali VoA yang bisa ditindaklanjuti karena memang sudah ada kontak intensif setelah saya balik ke Indonesia. Saya juga berharap ini bisa diwujudkan dan dukungan teman-teman di Dubes AS Jakarta sangat saya harapkan. Terimakasih. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar